Penulis adalah santri di pondok pesantren Annuqayah daerah Latee. saat ini tercatat sebagai mahasiswa INSTIKA Annuqayah Prodi Pendidikan Agama Islam. aktif menulis esai, arikel, story dan puisi. perindu bulan purnama karena baginya saat itulah sebuah puisi akan tercipta buat putri tidur-nya.
penulis dapat dihubungi di email abdullahrois79@gmail.com
pengin lihat puisi-puisinya juga? klik HERE
atau pengin dapatkan cerita bahasa inggris?klik HERE
MAKALAH
KONSEP AGAMA
DAN TOLERANSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas
Materi : Pengantar Studi Islam
Dosen Pembimbing : Nuzulul
Khair
Disusun Oleh :
Kelompok I
Abd. Jalal
Abd. Aziz
Ach. Baijuri
Ach. Kholilurrahman
Wisnu Ayab
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
( I N S T I K A )
GULUK-GULUK SUMENEP MADURA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. sang pilihan dan sang
pemilik ukhwah.
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas makalah materi Pengantar Studi Islam kelas I A jurusan Pendidikan Agama
Islam Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Gulu-guluk Sumenep Madura.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Bapak dosen pengampuh Nuzulul Khair, serta
2.
Semua anggota kelompok I yang telah
bekerjasama dengan baik untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan karena masih tetap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Gulul-guluk, 16 Oktober 2016
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ I
DAFTAR ISI........................................................................................................ II
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Arti dan Identifikasi Konsep Agama............................................ 2
B. Urgensi Agama bagi Manusia....................................................... 3
C. Pengertian dan Konsep Toleransi Beragama ................................ 3
C.1. Pengertian Toleransi ............................................................. 3
C.2. Konsep Toleransi Beragama ................................................. 4
BAB III : KESIMPULAN ................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar,
menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan
wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak muncul konflik,
intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang
cenderung anakronostik memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan
saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena
yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan
yang membawa-bawa nama agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas
kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak
percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan
masuk dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara
mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu
keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi
terciptanya kerukunan antar umat beragama.
Maka berdasarkan hal tersebut, kami kelompok satu, menyusun makalah ini
dengan judul “Prinsip Agama dan Toleransi” sebagai upaya ikut serta
dalam menyikapi permasalan yang telah dipaparkan dalam lingkup dunia akademik.
Tujuan akhirnya adalah dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri khususnya
dan orang lain pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dan identifikasi konsep agama
2. Apa urgensi Agama bagi manusia
3. Apa pengertian dan konsep teleransi beragama
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami apa arti dan identifikasi konsep agama
2. Memahami urgensi Agama bagi manusia
3. Memahami pengertian dan konsep teleransi beragama
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Dan Identifikasi Konsep Agama
Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama
bersifat batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan
agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang
kita anut. Untuk mendapatkan pengertian tentang agama, religi, dan din kita
mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu
penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia.
H. Moenawar Cholil lm bukunya “Definisi dan sendi agama” kata dien itu
masdar dari kata kerja “daana” yadiinu”. Menurut Jughat kata “dien mempunyai
arti :
1.
Cara atau adat kebiasaan
2.
Peraturan
3.
Nasihat
4.
Agama dan lain-lain
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :
1.
Baik agama, religi, dan dien kesemuanya
mempunyai pengertian yang sama.
2.
Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan
dien mencakup masalah: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu
kepercayan terhadap suatu yang lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari
pada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang
mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya
karena manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :
1.
Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus
dan Maha Agung dan pencipta alam semesta (Tuhan).
2.
Melakukan hubungan dengan berbagai cara
seperti dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.
3.
Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus
dijalankan oleh setiap penganutnya.
4.
Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang
merupakan ciri khas daripada agama.
5.
Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk
diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya.
B. Urgensi Agama Bagi Manusia
Kebanyakan pemikiran modern melihat agama merupakan sekumpulan doktrin yang
dilegatimasi oleh “prasangka-prasangka” manusia di luar rasionalitas. Sementara
ilmu pengetahuan yang mengedepankan rasionalitas sangat keras menolak doktrin.
Semakin rasional seseorang semakin menjauh dien dari ritual agama, sebaliknya
manusia yang kurang tersentuh rasionalitas, dengan sendirinya akan kuat
meyakini ajaran agama. Karena modernitas tidak selalu memberi perbaikan bagi
kondisi umat manusia, tak mampu mengatasi berbagai problem dan bahkan hanya
memberikan kontribusi positif bagi kelas yang dominan. Mereka yang pinggirkan
mengalami marginalisasi/leterasingan dari kemajuan zaman.
Agama sebagai salah satu ajaran yang memberi tuntunan hidup banyak
dijadikan pilihan. Karena ada indikasi dalam agama terdapat banyak nilai yang
bisa dimanfaatkan manusia ketimbang ideologi. Orang juga lebih leluasa memeluk
agama dan merasakan nilai-nilai positifnya tanpa harus capek-capek menggunakan
potensi akalnya untuk berfikir. Agama memberi tempat bagi semua. Agama juga
fenomena sosia; agama tidak hanya ritual tapi juga fenomena di luar kategori
pengetahuan akademis. Psikologi agama merupakan salah satu cara bagaimana
melihat praktek keagamaan. Sebagai gejala psikologi, agama rupanya cukup memberi
pengertian tentang perlu atau tidaknya manusia beragama ketika agama tak
sanggup lagi memberi pedoman bagi masa depan kehidupan manusia, bisa saja kita
terinspirasi menciptakan agama baru/melakukan eksperimen baru sebagai jalan
keluar dari berbagai problem yang menghimpit kehidupan.
C. Pengertian dan Konsep Teleransi Beragama
C.1. Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata
“toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas
ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara
etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan
dada.[1]
Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendiriannya.[2]
Jadi, toleransi beragama adalah
ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan
agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
C.2.
Konsep Toleransi Beragam
toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat
hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk
menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya
paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu
pihakl ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat
dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah
sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan
bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran logika
dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup
bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap
toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan
dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan
orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi saw. langsung berdiri memberikan
penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai
rasul?” Nabi saw. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas,
bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan
tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah
dari sisi kemanusiaan kita.
Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur’an
menjelaskan pada ayat terakhir surat al-kafirun
Bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan.
Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau
mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan[3].
Oleh sebab itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh
pada system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedabgkan orang kafir pada ajaran
ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan
tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran
masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.
Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama
selain kita, juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan
dunia, semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan
kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan
hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak sah
memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama kita.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik
singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi
social, bila tidak dotemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui
keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan:
Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya
untuk menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik
temu) tidak dicapai (QS. Saba:24-26):
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali
tidak dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua
belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
Al-Qur’an juga berpesan dalam QS 16: 125 agar masing-masing agama mendakwahkan
agamanya dengan cara-cara yang bijak.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberap
penjelasan di atas dapat disimpulkan jika:
1.
Agam
merupakan kepercayaan kepada tuhan yang Maha Esa yang kepada-Nya disandarkan
semua penghambaan dan kepasrahan.
2.
Urgensi
agama adalah sebagai the limits of human thinking serta the control
of human action dalam menjalankan kehidupan di dunia.
3.
Toleransi
beragama sebagai upaya untuk mencapai kehidupan yang harmoni di tengah-tengah
keberagaman agama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hartono Yudi, Abdul Rozaqi dkk. 2002. Agama
dan Relasi Sosial. LKiS : Yogyakarta
·
Kahmad Dadang. 2000. Sosiologi Agama.
Pt Remaja Rosdakarya : Bandung.
·
Dr. M.Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an
Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar